Abu Abdullah Al-Muqtafi Liamrillah, nama lengkapnya Muhammad
bin Al-Mustazhir Billah. Dia dilahirkan pada 22 Rabiul Awwal 489 H. Ibunya
berasal dari Ethiopia. Dia dilantik sebagai khalifah Bani Abbasiyah ke-31
(1136-1160 M) tatkala saudaranya dilengserkan.
Saat pelantikannya, ia berumur 40 tahun. Dia diberi
gelar Al-Muqtafi karena melihat Rasulullah Saw dalam mimpinya enam hari sebelum
menjadi khalifah. Dalam mimpi itu Rasulullah bersabda, "Perkara ini akan sampai
di tanganmu, maka ikutilah jalan Allah (iqtafi biamrillah)." Berdasarkan sabda
Rasulullah itulah, ia diberi gelar Al-Muqtafi Liamrillah.
Pada 531 H, Sultan Mas'ud mengambil semua kekayaaan
khalifah dan tidak meninggalkan apa pun untuknya kecuali sebidang tanah. Sultan
bahkan mengirim utusannya untuk meminta uang sebanyak 100.000 dinar dari
khalifah.
Al-Muqtafi berkata, "Kami tidak melihat tindakan yang
lebih aneh dari tindakan kalian. Bukankah kalian tahu bahwa Al-Mustarsyid telah
memberikan semua hartanya untuk kalian dan kalian lihat apa yang terjadi.
Setelah itu Ar-Rasyid berkuasa. Dia juga melakukan hal yang sama. Dia pergi dan
mengambil semua yang tersisa. Tak ada yang tersisa kecuali alat-alat rumah
tangga dan semuanya kalian ambil. Kalian juga mengambil semua pajak, kekayaan
dan warisan. Lalu dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?"
Akhirnya sang sultan tidak mengambil apa pun dari
istana. Dia kembali mengambil pajak dan harta rakyat dengan cara kasar serta
mengambil cukai dari para pedagang. Rakyat merasa sesak dadanya dengan apa yang
dilakukan sultan.
Pada 547 H, Sultan Mas'ud meninggal dunia, dan
digantikan oleh Malik Syah. Berkenaan dengan kematiannya, Ibnu Hurairah, salah
seorang menteri Al-Muqtafi mengisahkan, tatkala orang-orang Sultan Mas'ud
melakukan tindakan semena-mena atas nama Al-Muqtafi dan tidak memungkinkan bagi
khalifah untuk menyatakan perang dengan terang-terangan, maka diambil keputusan
untuk mendoakan Sultan Mas'ud selama sebulan sebagaimana Rasulullah mendoakan
Ra'i dan Dzakwan.
Pada 549 H, Az-Zafhir Billah Al-Ubaidi, penguasa
Mesir, terbunuh. Sebagai penggantinya dinobatkanlah anaknya yang bernama Al-Faiz
Isa yang saat itu masih anak-anak. Sehingga dengan demikian melorotlah pamor
kekuasaannya di Mesir.
Membaca kondisi yang baik ini Al-Muqtafi segera
mengirim surat kepada Nuruddin Mahmud bin Zanky dan mengangkatnya sebagai
penguasa Mesir. Dia memberi wewenang penuh kepada Nuruddin dan memberi gelar
Al-Malik Al-Adil.
Kekuasaan Al-Muqtafi pun semakin kokoh dan kuat. Ia
mampu memadamkan tindakan-tindakan pembangkangan. Dia berusaha menjadikan
orang-orang yang berbeda dengannya agar mendukungnya. Kekuasaannya semakin hari
semakin menguat dan kokoh hingga akhirnya dia meninggal dunia pada malam Ahad, 2
Rabiul Awwal 555 H. Khalifah Al-Muqtafi wafat dalam usia 66 tahun setelah
memegang jabatan selama 24 tahun.
Ibnu Jauzi berkata, "Sejak zaman pemerintahan
Al-Muqtafi, Baghdad dan Irak kembali ke pangkuan para khalifah. Tak seorang pun
pesaing yang memandingi kekuasaan khalifah. Sebelumnya, sejak masa pemerintahan
Al-Muqtadir, kekuasaan berada di tangan raja-raja kecil—yang disebut dengan
sultan. Khalifah di masa itu tak lebih hanya sekedar simbol yang tak memiliki
pengaruh."
"Khalifah Al-Muqtafi dikenal sebagai sosok yang sangat
pemurah, sangat senang dengan ilmu hadits dan setia mendengarkan pendapat para
ahlinya serta penuh perhatian terhadap ilmu pengetahauan. Ia juga sangat
memerhatikan para ulama dan ilmuwan," tambah Jauzi.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni