Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Kesedihan Muslimin di Mekah dan di Medinah

0 comments

Jumlah korban di pihak Muslimin Seperti jumlah korban yang terbunuh di pihak Banu Hanifah, yang tak pernah terbayang dalam pikiran siapa pun di tanah Arab masa itu, begitu juga jumlah korban yang terbunuh di kalangan Muslimin, di luar perkiraan mereka pula. Dari pihak Muhajirin yang terbunuh sebanyak tiga ratus enam puluh orang, dari Ansar tiga ratus, tak termasuk anggotaanggota kabilah yang terbunuh. Jumlah yang terbunuh di pihak Muslimin mencapai seribu dua ratus orang.

Kabilah-kabilah itu diperolok oleh kaum Muhajirin dan Ansar. Mereka merasa bangga dengan jumlah yang terbunuh itu. Kelebihan Muhajirin dan Ansar bukan hanya pada jumlah orang yang terbunuh itu saja, tetapi di antara mereka itu terdapat tiga puluh sembilan orang sahabat besar dan mereka yang sudah hafal Qur'an. Dan kita pun tahu betapa besar dan terhormatnya kedudukan mereka di mata kaum Muslimin.
Tetapi ya. Adakalanya malapetaka membawa rahmat! Akibat terbunuhnya para penghafal Qur'an itulah maka timbul pikiran pada masa Abu Bakr hendak mengumpulkan Qur'an, sebab pembunuhan seperti yang terjadi terhadap mereka yang ikut serta dalam ekspedisi Yamamah itu, dikhawatirkan kelak akan berlanjut kepada yang lain.

Kesedihan Muslimin di Mekah dan di Medinah

Kesedihan Muslimin di Mekah dan di Medinah atas kematian itu dapat diimbangi hanya karena adanya kemenangan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka. Ketika Abdullah bin Umar bin Khattab kembali pulang sesudah berjuang dan bertempur mati-matian di Yamamah, ayahnya berkata setelah menemuinya:
"Mengapa engkau pulang padahal Zaid sudah meninggal. Tidak malu kau memperlihatkan muka kepadaku!?"
"Ingin sekali aku seperti dia, tetapi karena aku tertinggal maka Allah mengaruniakan mati syahid itu kepadanya," kata Abdullah.
Sumber lain menyebutkan bahwa dia berkata: "Dia memohon mati syahid kepada Allah, dia diberi. Aku sudah berusaha supaya diberikan kepadaku, tapi tidak diberikan juga."
Kesedihan Umar atas kematian Zaid adiknya itu hanya sebuah contoh saja dari kesedihan yang umumnya menimpa Mekah dan Medinah atas gugurnya pahlawan-pahlawan yang telah mati syahid dalam perang
dengan Musailimah itu.

Bagaimana Khalid? Sedihkah dia seperti yang lain? Gentarkah hatinya menyaksikan mayat-mayat dan melihat banjir darah?! Sama sekali tidak! Kalaulah memang demikian adanya, niscaya tak akan mungkin ia memegang pimpinan, menjadi panglima ke Irak dan Syam serta yang pertama meletakkan dasar kedaulatan Islam. Di mana ada jenderal yang tak tersentak hatinya saat melihat ribuan musuh bergelimpangan, tersungkur di depan pasukannya?! Tetapi Khalid, Khalid tidak gamang dan tidak terpengaruh. Malah setelah ia merasa aman dengan kemenangan itu dan mengadakan persetujuan dengan Mujja'ah dan tampuk pimpinan sudah diserahkan ke tangannya, ia memanggil Mujja'ah.
"Kawinkan aku dengan putrimu," katanya kemudian.
Sebenamya Mujja'ah sudah mendengar tentang perkawinannya dengan 'Laila Umm Tamim, juga tentang Abu Bakr yang memanggilnya dan mengecamnya atas perbuatannya yang telah melanggar adat kebiasaan
Arab itu.
"Tunggu dulu," kata Mujja'ah. "Engkau mau merusak kekeluargaanku, dan aku sudah tahu soal keluargamu dengan sahabatmu itu (maksudnya Abu Bakr)."
Kata-kata itu tidak menyenangkan hati Khalid, tetapi dia tak peduli. Malah ditatapnya orang itu seraya katanya lagi: "He, kawinkan aku!"
Siapa yang dapat menentang perintahnya sesudah kemenangannya di Yamamah itu. Akhirnya Mujja'ah mau mengawinkan putrinya. Suami istri itu tinggal bersama di rumah ayahnya, kemudian dibuatkan kemah tersendiri di dekat kemah Umm Tamim.


Di sadur dari buku : Abu Bakar
Penulis :Muhammad Husain Haekal

Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved