Kepemimpinannya Adalah Penaklukan, Hijrahnya Adalah Kemenangan, Keteladanannya Adalah Rahmat, Download Gratis Film Umar Bin Khattab 30 Episode di sini http://omar.collectionfree.com

Buat Apa Shalat?

0 comments

S H A L A T adalah ibadah yang mencakup tujuan dasar penciptaan manusia dan pengutusan Muhammad Saw. sebagai nabi dan rasul. Mari kita lihat.
Ada ayat-ayat dan hadis-hadis yang secara lugas menunjukkan hal ini. Pertama:
“Dan tidak kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah (Allah).” Tampak dengan gamblang di sini bahwa satu-satunya tujuan penciptaan manusia (dan jin) adalah membina hubungan (ruhani) dengan Allah Swt. Yakni, berhubungan, “bertemu” dan “menyapa”-Nya, bahkan bercinta cintaan” dengan-Nya.

Dalam kaitan ini, di samping berbagai ayat Al-Quran yang mengandung makna yang sama, di sini saya akan mengutip sebuah hadis terkenal yang menunjukkan fungsi shalat sebagai ibadah yang menghubungkan manusia pelakunya dengan Allah Swt.:
“Shalat adalah mi‘râj orang beriman.”

Kita ketahui bahwa mi‘râj adalah peristiwa pertemuan antara Muhammad Saw. dan Allah Swt. Nabi Musa pernah meminta untuk bertemu Allah, namun dia “hanya” diminta untuk menatap sebuah gunung. Dan, ketika Allah Swt. memanifestasikan Diri (ber-tajallî) kepada gunung itu, si gunung pecah berantakan dan Musa pun pingsan karena kedahsyatan peristiwa itu. Tapi, Nabi Sang Khalil (Sahabat), Muhammad Saw., digambarkan bermuka-muka dengan-Nya dalam mi‘râj.

Sebegitu dekatnya sehingga dalam Al-Quran digambarkan bahwa di antara keduanya hanya terdapat jarak “sepanjang dua busur anak panah atau bahkan lebih dekat dari itu”. Seperti inilah Nabi menggambarkan fungsi shalat. Kenyataannya, kapan saja Nabi merindukan pengalaman yang begitu membahagiakannya ketika mi‘râj, beliau mengajak para sahabat untuk melakukan shalat. Inilah, menurut riwayat, keadaan yang di dalamnya (asbâb al-wurûd) Nabi menyabdakan:
“Arihnâ yâ Bilâl ” (Senangkanlah kami, wahai Bilal) (yakni dengan mengumandangkan azan sebagai pendahulu shalat yang akan mereka kerjakan).
Kedua, dalam sebuah hadis yang lain dikatakan bahwa:
“Hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia aku diutus (oleh Allah).” Lagi-lagi dengan amat lugas ditegaskan bahwa penyempurnaan akhlak mulia adalah satu-satunya tujuan pengutusan Muhammad Saw. Dengan kata lain, satusatunya tujuan diajarkannya Islam.

Padahal, di sisi lain, Al-Quran dengan tegas menyatakan:
“Sesungguhnya, shalat mencegah orang dari fakhsyâ’ (kekejian) dan munkar (kemungkaran).” (Pembahasan panjang lebar mengenai fungsi shalat sebagai pencegah akhlak keji dan kemungkaran dapat dibaca dalam bab-bab sebelum ini.) 

Ketiga, dalam Al-Quran, Allah Swt. berfirman:
“Dan tidak Kami kirim engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat (kasih-sayang) bagi alam semesta.”
“Keharusan Berbuat Baik kepada Sesama”, jelas kita baca betapa shalat hanya diterima dari orang-orang yang memiliki kesadaran dan melakukan tindakantindakan untuk menyantuni dan mengurusi sesama yang memerlukan uluran tangan kita. Hal ini tampak dengan jelas dalam Surah Al-Mâ‘ûn (107) ayat 4-7 yang telah kita kutip dalam bab tersebut:
“Kecelakaan (yakni masuk neraka) bagi orang-orang yang melakukan shalat, yaitu yang lalai mengenai shalatnya, yang melakukannya karena pamer, dan mencegah orang dari mendapatkan kebutuhan-kebutuhan-dasarnya.”
Ketiga kutipan dari sumber ajaran Islam itu dengan struktur kalimat yang menunjukkan eksklusivitas (“tidak ... kecuali”, dan “hanya”) menunjukkan tanpa keraguan bahwa tujuan penciptaan manusia serta diutusnya Muhammad Saw. dan diajarkannya Islam adalah: agar manusia menyembah Allah, menyempurnakan akhlak mulia, dan agar rahmat tersebar kepada alam semesta. Segera tampak pula bahwa ibadah shalat memiliki fungsi yang sama: mencegah akhlak yang buruk, dan menanamkan kesadaran serta mendorong tindakan menebarkan rahmat dan amal-amal saleh (lihat Bagan
1 dan 2).

Yang tidak kalah penting, tak ada tujuan shalat yang dapat dicapai tanpa khusyuk. Karena, bukankah khusyuk berarti hadirnya hati? Sedangkan ketiga hal yang menjadi tujuan shalat itu, secara langsung dan tidak-bisa-tidak terkait dengan hati: berhubungan dan mendekat kepada Allah Sang Ruh Mutlak tentu hanya bisa dilakukan dengan hati yang bersifat ruhani; akhlak adalah persoalan kebersihan hati, sedangkan menebarkan kasih sayang sudah tentu adalah persoalan kelembutan hati.

Inilah kiranya jawaban terhadap pertanyaan, “Buat apa shalat?”! Mengapa shalat dianggap sebagai ibadah yang paling utama, yang lebih utama daripada ibadah-ibadah yang lain?
Yakni, shalat mengandung di dalamnya tujuan puncak penciptaan manusia serta pengutusan Muhammad Saw. dan diajarkannya Islam.

Di luar itu semua, telah kita lihat betapa shalat memiliki fungsi-fungsi praktis yang dapat memberikan manfaat-manfaat utama dalam kehidupan pelakunya. Yakni, sebagai sumber kebahagiaan dan ketenangan jiwa, kesehatan, pembinaan disiplin, dan peningkatan performance kerja, serta penimbul
kreativitas.

Maka, masihkah dengan ini semua kita akan melalaikan fasilitas istimewa yang dianugerahkan dan diajarkan Allah Swt. kepada kita?
Wal-Lâhu a‘lam bish-shawâb.

Sumber :

Buku : Buat apa shalat
Dr. Haidar Bagir
Share this article :

Post a Comment

 
TEMPLATE ASWAJA| Umar Bin Khattab - All Rights Reserved