S Y A H Waliyullah adalah seorang intelektual Muslim dari India. Ia lahir pada 4 Syawwal 1214 H atau 21 Februari 1703. Ayahnya dan sekaligus pembimbing spiritualnya, Syah ‘Abd Al-Rahim (w. 1719), adalah orang yang sangat terpelajar dan pengamal Tarekat Naqsyabandiyah, Chistiyah, dan Qadiriyah yang belakangan diikuti juga oleh Syah Waliyullah.
Dengan ayahnya, Syah Waliyullah muda mempelajari buku-buku hadis seperti Misykât Al-Mashâbih dan Shahîh Al-Bukhâri, buku-buku mengenai tafsir Al-Quran, fiqih, dan teologi. Di samping itu, ia diperkenalkan kepada buku-buku tasawuf karya beberapa sufi mazhab Wahdatul Wujud Ibn ‘Arabi, seperti ‘Abd Al-Rahman Jami’ (1492) dan Fakhruddin ‘Iraqi (1289). Di samping masalah-masalah keagamaan, ia juga mempelajari astronomi, matematika, bahasa, serta tata bahasa Arab dan Persia.
Begitu pula ilmu kedokteran (thibb) yang kelak banyak mewarnai karya-karyanya.
Sekitar April 1731, ia meninggalkan India untuk menjalani ibadah haji ke Makkah dan Madinah, kemudian menetap di kedua kota itu sekitar empat belas bulan, dan pulang ke India pada Desember 1732. Kehidupan yang ia jalani di kawasan Hijaz sangat berpengaruh terhadap pembentukan pemikiran dan kehidupan Syah Waliyullah selanjutnya. Di kedua Kota Suci itu, ia belajar hadis, fiqih, dan tasawuf kepada beberapa ulama terkemuka yang nama-namanya ia sebutkan dalam buku Anfâs Al-‘Ârifîn. Guru-gurunya di Makkah memperkenalkan kepadanya ilmu hadis, yang mulai berkembang dengan pesat pada abad ke-18. Saat tinggal di kedua Kota Suci itu, Syah Waliyullah memberikan perhatian khusus kepada karya Imam Malik, Muwaththa’, dan kelak ia menulis dua buah buku ulasan terhadap karya itu. Di kedua Kota Suci itu pula, Syah Waliyullah menyatakan banyak mendapatkan pengalaman mistis. Kelak ia menulis berbagai pengalaman mistis itu dan memasukkannya ke dalam sebuah karya yang berjudul Fuyûdh Al-Haramain (Pancaran Dua Kota Suci).
Syah Waliyullah banyak menghasilkan karya di berbagai bidang, termasuk: biografi, ilmu hadis, hukum, dan tasawuf. Pada umumnya, karya-karya-tasawufnya ditulis di penghujung karier kepenulisannya. Karya paling besar di antara karya-karya itu adalah: Hama‘at, Syatha‘at, Fuyûdh Al-Haramain, Al-Qaul Al-Jamîl, Lamahât, Althâf Al-Quds, dan Al-Khair Al- Katsir. Buku Hujjah Allâh Al-Bâlighah—salah satu karyanya yang paling terkemuka dan menjadi sumber cuplikan ini ditulis beberapa tahun setelah kepulangannya dari Makkah.
Sumber :
Buku : Buat apa shalat
Dr. Haidar Bagir
Post a Comment