Sebagai makhluk mamalia terbesar di darat gajah kerapkali di gunakan sebagai senjata sekaligus sebagai kendaraan dalam sejarah perang manusia, memang tidak ada bukti yang jelas dan pasti, namun dalam sejarah dunia mencatat gajah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam suatu infantri tempur.
Pada era peperangan zaman dahulu gajah di anggap seperti tank panser pada masa kini. Tubuhnya yang besar membuat gentar para musuhnya. Serangan gajah bisa mencapai 30 km/jam. Walaupun kecepatannya terbilang lambat dari pada kuda, tetapi serangan infantri gajah jauh lebih sulit di hentikan daripada kavelari berkuda. Tenaga seekor gajah tempur setara dengan 500 unit kavelari kuda. Biasanya gajah di tempatkan pada barisan depan musuh, dengan senjata menginjak-injak lawan gajah juga dapat melemparkan musuh yang tersambar oleh badannya. Kulitnya yang tebal membuat gajah sulit untuk di lukai. Postur badan yang tinggi membuat penunggang lebih leluasa melihat posisi musuh. Oleh karena itu banyak para pemanah yang berdiri di punggungnya bahkan para rajapun berada di atas gajah jika turun di medan tempur.
Sejarah mencatat pada jaman romawi kuno pada tahun 197 SM. Beberapa pertempuran bangsa-bangsa Roma menggunakan gajah sebagai alat tempur. Di sisi lain belahan dunia tahun 636 Masehi ketika islam melakukan perluasan kekuasaan ke tanah persia, pasukan persia menggunakan gajah sebagai kendaraan tempurnya.
Dibawah kekuasaan Khalifah Umar Bin Khattab, pasukan muslim di kirim oleh Umar bin khatta ke daerah iran yang waktu itu masih menjadi bagian Persia. Pasukan ini di komandani oleh saad bin abdul Aziz. Mendengar pergerakan pasukan islam, kaisar persia memerintahkan panglima perangnya Rustam untuk mengahadang pasukan muslim, pertemuan kedua pasukan ini berlanjut pada perang Al Qadisiah yang teletak di sebelah barat sungai Eufrat. Pada pertempuran ini tercatat pasukan persia sudah menggunakan pasukan gajah untuk menyerang pasukan muslim.
Namun setelah kekalahan pasukan muslim pada hari pertama kahirnya bala bantuan datang dari syiria. Mereka adalah pasukan yang telah menang dalam perang Yarmud. Dengan taktik yang cerdik pasukan muslim akhirnya berhasil menakut-nakuti pasukan gajah persia. Tepat hari keempat pasukan persia akhirnya berhasil di pukul mundur. ALLAH SWT mengirim badai pasir yang mengarah ke pasukan Persia. Fenomena alam ini membuat pertahanan pasukan persia melemah, dengan kejadian ini pasukan muslim memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya pasukan persia dengan pasukan gajahnya berhasil di kalahkan dan di pukul mundur. Pemimpin pasukan persia Rustam berhasil di tangkap ketika akan melarikan diri dan di penggal kepalanya oleh Khilal bin Khulafah.
Tidak hanya ROmawi dan Tentara Persia, Iskandar Zulkarnaen juga menggunakan gajah dalam beberapa peperangan dalam menduduki tanah India sebagai alat tempur. Dalam peperangan ini gajah-gajah yang di gunakan berjenis kelamin Jantan, selain lebih stabil dalam mengendalikannya gajah pejantan juga sangat agresif di medan perang, lebih mudah mengamuk serta ganas dalam pertempuran.
Gajah-gajah ini juga mempunyai kelemahan bila sang gajah terluka berat atau penunggangnya mati di medan pertempuran sang gajah cenderung destruktif tak terkendali yang mengakitabkan rusaknya pertahanan di kedua belah pihak. Dikala itu gajah-gajah betina tidak di libatkan dalam medan perang. Karena bila bertemu dengan gajah jantan, gajah betina lebih memilih lari kabur dan sulit untuk di kendalikan. Oleh karena itu gajah betina cenderung di gunakan untuk keperluan logistik seperti mengangkut gelondongan kayu dan alat berat lainnya.
Memasuki abad ke 15 sejak bubuk mesiu di temukan penggunaan gajah dalam medan perang mulai memudar hal ini dikarenakan mulai langkanya habitat gajah karena ulah manusia. Penggunaan meriam sangat efektif dalam membubarkan satu kavelari kuda. Satu tembakan dari sebuah meriam dapat menjatuhkan satu gajah tempur.
Pada abad ini negara di beberapa belahan dunia mulai menggunakan senapan dan daya ledak.
Pada era peperangan zaman dahulu gajah di anggap seperti tank panser pada masa kini. Tubuhnya yang besar membuat gentar para musuhnya. Serangan gajah bisa mencapai 30 km/jam. Walaupun kecepatannya terbilang lambat dari pada kuda, tetapi serangan infantri gajah jauh lebih sulit di hentikan daripada kavelari berkuda. Tenaga seekor gajah tempur setara dengan 500 unit kavelari kuda. Biasanya gajah di tempatkan pada barisan depan musuh, dengan senjata menginjak-injak lawan gajah juga dapat melemparkan musuh yang tersambar oleh badannya. Kulitnya yang tebal membuat gajah sulit untuk di lukai. Postur badan yang tinggi membuat penunggang lebih leluasa melihat posisi musuh. Oleh karena itu banyak para pemanah yang berdiri di punggungnya bahkan para rajapun berada di atas gajah jika turun di medan tempur.
Sejarah mencatat pada jaman romawi kuno pada tahun 197 SM. Beberapa pertempuran bangsa-bangsa Roma menggunakan gajah sebagai alat tempur. Di sisi lain belahan dunia tahun 636 Masehi ketika islam melakukan perluasan kekuasaan ke tanah persia, pasukan persia menggunakan gajah sebagai kendaraan tempurnya.
Dibawah kekuasaan Khalifah Umar Bin Khattab, pasukan muslim di kirim oleh Umar bin khatta ke daerah iran yang waktu itu masih menjadi bagian Persia. Pasukan ini di komandani oleh saad bin abdul Aziz. Mendengar pergerakan pasukan islam, kaisar persia memerintahkan panglima perangnya Rustam untuk mengahadang pasukan muslim, pertemuan kedua pasukan ini berlanjut pada perang Al Qadisiah yang teletak di sebelah barat sungai Eufrat. Pada pertempuran ini tercatat pasukan persia sudah menggunakan pasukan gajah untuk menyerang pasukan muslim.
Namun setelah kekalahan pasukan muslim pada hari pertama kahirnya bala bantuan datang dari syiria. Mereka adalah pasukan yang telah menang dalam perang Yarmud. Dengan taktik yang cerdik pasukan muslim akhirnya berhasil menakut-nakuti pasukan gajah persia. Tepat hari keempat pasukan persia akhirnya berhasil di pukul mundur. ALLAH SWT mengirim badai pasir yang mengarah ke pasukan Persia. Fenomena alam ini membuat pertahanan pasukan persia melemah, dengan kejadian ini pasukan muslim memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya pasukan persia dengan pasukan gajahnya berhasil di kalahkan dan di pukul mundur. Pemimpin pasukan persia Rustam berhasil di tangkap ketika akan melarikan diri dan di penggal kepalanya oleh Khilal bin Khulafah.
Tidak hanya ROmawi dan Tentara Persia, Iskandar Zulkarnaen juga menggunakan gajah dalam beberapa peperangan dalam menduduki tanah India sebagai alat tempur. Dalam peperangan ini gajah-gajah yang di gunakan berjenis kelamin Jantan, selain lebih stabil dalam mengendalikannya gajah pejantan juga sangat agresif di medan perang, lebih mudah mengamuk serta ganas dalam pertempuran.
Gajah-gajah ini juga mempunyai kelemahan bila sang gajah terluka berat atau penunggangnya mati di medan pertempuran sang gajah cenderung destruktif tak terkendali yang mengakitabkan rusaknya pertahanan di kedua belah pihak. Dikala itu gajah-gajah betina tidak di libatkan dalam medan perang. Karena bila bertemu dengan gajah jantan, gajah betina lebih memilih lari kabur dan sulit untuk di kendalikan. Oleh karena itu gajah betina cenderung di gunakan untuk keperluan logistik seperti mengangkut gelondongan kayu dan alat berat lainnya.
Memasuki abad ke 15 sejak bubuk mesiu di temukan penggunaan gajah dalam medan perang mulai memudar hal ini dikarenakan mulai langkanya habitat gajah karena ulah manusia. Penggunaan meriam sangat efektif dalam membubarkan satu kavelari kuda. Satu tembakan dari sebuah meriam dapat menjatuhkan satu gajah tempur.
Pada abad ini negara di beberapa belahan dunia mulai menggunakan senapan dan daya ledak.
Post a Comment